Nusantarasatu.id – Nyaris setiap orang pernah mengalami kedutan, entah disadari maupun tidak. Kedutan bisa disebabkan oleh rasa gugup, cemas, atau stres. Otot kedutan juga bisa menandakan Anda tengah kelelahan atau dehidrasi. Pada kebanyakan kasus, otot kedutan bisa hilang dengan sendirinya. Namun, otot berkedut bisa menjadi gejala dari suatu penyakit saraf.
Kenapa Otot Bisa Kedutan?
Sistem saraf pusat memiliki fungsi sebagai pusat perintah komunikasi dalam tubuh manusia, termasuk mengendalikan gerakan dan kontraksi otot. Disaat ada kerusakan atau rangsangan berlebih pada sel neuron motorik, otak bisa memerintahkan saraf yang ada pada anggota gerak (jemari, lengan, atau betis) untuk berkontraksi secara berulang dan tidak terkendali. Inilah yang disebut kedutan. Kedutan juga bisa terjadi pada otot-otot wajah dan kelopak mata.
Otot Kedutan Adalah Gejala Multiple Sclerosis?
Multiple sclerosis merupakan penyakit sistem kekebalan tubuh yang memengaruhi sel saraf otak dan tulang belakang. Peradangan menyebabkan kerja myelin (serabut yang melindungi saraf) terganggu dan akhirnya mengganggu sinyal saraf. Salah satu gejala multiple sclerosis adalah otot yang kaku dan kejang, terutama di bagian otot kaki.
Tetapi untuk menjawab pertanyaan di atas, semua akan tergantung dari jenis kedutannya itu sendiri. Kedutan otot memiliki tiga jenis, yaitu fasikulasi, spasme, dan clonus. Fasikulasi adalah jenis kedutan yang tidak berkaitan dengan multiple sclerosis, sementara spasme dan clonus adalah yang memiliki kemungkinan berhubungan dengan penyakit tersebut.
Fasikulasi adalah gerakan otot yang tidak terkendali akibat adanya gangguan pada sel neuron motorik bawah, yang mengirim sinyal saraf dari sumsum tulang belakang ke otot. Gerakan neuron motorik bawah mengontrol lengan, kaki, dada, wajah, tenggorokan, dan lidah. Fasikulasi adalah gejala penyakit neurodegeneratif (penyakit akibat penuaan yang menyerang sistem saraf pusat) seperti amyotrophic lateral sclerosis (ALS). Disamping itu, fasikulasi juga merupakan gejala dari sindrom pascapolio, atrofi otot tulang belakang, dan atrofi otot progresif.
Multiple sclerosis jarang memengaruhi neuron motorik bawah. Itulah sebabnya fasikulasi bukan salah satu gejala multiple sclerosis. Tetapi, multiple sclerosis stadium lanjut kadang dapat memengaruhi neuron motorik bawah, sehingga menyebabkan otot berkedut, meskipun hal ini jarang terjadi.
Sedangkan spasme (spasitisitas) dan clonus, merupakan gejala umum dari multiple sclerosis. Spasme terjadi ketika ada gangguan sinyal antara neuron motorik atas dan bawah, sehingga otot tungkai menjadi kaku. Tungkai kaki atau tangan jadi lebih sulit digerakkan, gerakannya pun melambat. Spastisitas ini juga mengakibatkan respon sentakan lutut dan pergelangan kaki jadi terlalu aktif. Seiring waktu, kemampuan untuk mengendalikan gerakan dapat hilang.
Mirip dengan spastisitas, clonus juga menyebabkan gerakan otot yang tersentak-sentak. Misalnya ketika dokter mengetuk lutut Anda untuk mengamati respon lutut terhadap rangsangan, lutut akan dapat menunjukkan respon yang cepat. Dalam beberapa kasus yang lebih parah clonus dapat menyebabkan otot jadi lebih hiperaktif, yaitu dengan bergetar secara berirama dan tidak terkendali.