Nusantarasatu Politik – Segenap bangsa Indonesia, dihimbau oleh anggota Komisi I DPR RI Syaifullah Tamliha supaya selalu berhati-hati pada saat bicara di depan publik ataupun menyampaikan ujaran di dunia digital. ” Saya sarankan bagi kita semua, untuk berhati-hati berbicara di depan publik dan di dalam dunia digital. ” ungkap Syaifullah Tamliha ketika menjadi narasumber dalam webinar bertajuk Pancasila, Generasi Milenial, dan Wawasan Kebangsaan dalam Transformasi Digital yang disiarkan secara langsung di kanal YouTube Ditjen IKP Kominfo, dan dipantau dari Jakarta.
Pernyataan tersebut diutarakan oleh Syaifullah ketika merespons kejadian belakangan ini, yaitu adanya tokoh-tokoh politik yang menyinggung suku, agama, ras, ataupun bahasa, sehingga dinilai menyakiti kelompok tertentu. Sementara kepada kelompok-kelompok tertentu yang merasa tersakiti akibat ujaran yang kurang bijaksana tersebut, iapun meminta mereka agar tidak berkecil hati.
Lebih jauh dirinya menambahkan, tentang pentingnya bagi bangsa Indonesia, baik masyarakat umum, figur publik, ataupun juga para pejabat, untuk selalu memikirkan segala hal secara matang sebelum membagikannya kepada orang banyak. ” Kita harus betul-betul menggunakan peribahasa dari Banjar, yaitu banganga dahulu, hanyar berucap. Artinya, pikirkan secara masak-masak. ” ucap Syaifullah Tamliha.
Dunia Digital Mengharuskan Orang Untuk Bicara Di Depan Publik
Hal tersebut sambung Syaifullah, khususnya yang berkaitan dengan perilaku ataupun ucapan yang dibagikan ke dalam media sosial atau dunia digital. Terlebih lagi kata Syaifullah, ujaran itu akan menjadi rekam jejak yang tidak bisa dihilangkan. ” Dunia digital itu mengharuskan orang berhati-hati bicara di depan publik, di dalam bertindak, baik perilaku maupun ucapan, karena itu tidak bisa dihapus. ” tutur anggota Komisi I DPR RI tersebut menegaskan.
Dalam kesempatan ini dirinya menjelaskan, walaupun para penyebar ujaran itu menyampaikan permintaan maaf dan dimaafkan oleh seluruh masyarakat, hal yang telah mereka lakukan tidak bisa hilang dari dunia digital. ” Walaupun pada ujungnya semua meminta maaf dan orang Indonesia itu memang pemaaf, rekam jejaknya secara digital tidak bisa dihapus oleh siapa pun. ” ujar Syaifullah Tamliha.
[…] jauh dirinya turut mengingatkan, jika media sosial saat ini merupakan suatu keniscayaan dengan 200 juta lebih pengguna. Bahkan angka itu lanjut Ilham […]