Nusantarasatu.id – Guna menghadapi peningkatan persaingan usaha ketenagalistrikan dan kenaikan konsumsi listrik pada tahun 2022 ini, PT PLN (Persero) telah menyusun pandangan bisnis atau Business Outlook. Adapun penyusunan Business Outlook PLN 2022 tersebut, dilakukan dengan pendekatan kajian analis mega, analisis makro, dan analisis mikro serta perilaku konsumen. ” Dari sisi analisis mega, kami melihat ada tiga faktor, yakni energy trend outlook, technology trend outlook, dan lifestyle trend outlook. “ terang Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam keterangannya di Jakarta.
Ia juga menambahkan, bila ada kecenderungan pengusaha untuk mengikuti penggunaan energi berkelanjutan di tengah tren transisi energi. Dirinya menilai, hal tersebut dapat menjadi peluang bagi PLN dalam mengoptimalkan gelombang tren yang ada. Sebagaimana diketahui, saat ini PLN mempunyai sejumlah produk berbasis ekonomi hijau, mulai dari PLTS atap, renewable energy certificate (REC), konversi pembangkit diesel ke energi bersih, captive acquisition, dan lelang energi baru terbarukan secara bundle.
PLN Catat Tiga Peluang Utama Terkait Teknologi Skala Nasional dan Global
Sementara dari sisi technology trend outlook, PLN mencatat terdapat tiga peluang utama terkait teknologi skala nasional maupun global yang bisa dioptimalkan. Yakni kendaraan listrik, elektrifikasi agrikultur, dan elektrifikasi maritim. Adapun dari sisi Lifestyle Trend Outlook, PLN menyampaikan jika pandemi Covid-19 juga mempengaruhi konsumen dalam menggunakan perangkat elektronik yang yang mampu menunjang gaya hidup di rumah maupun hobi baru.
Sedangkan dari sisi industri, di tengah menggeliatnya aktivitas masyarakat dan ekonomi yang kembali bangkit, kebutuhan listrik pada segmen ini diprediksikan akan mengalami peningkatan. Selanjutnya dari sisi analisis mikro, PLN juga memperhatikan adanya proyeksi bisnis, kebijakan, perilaku konsumen, tarif listrik, dan proyeksi kebutuhan industri.
Darmawan menuturkan, bila sisi Business Outlook terlihat fenomena dengan segmen-segmen baru, melalui pergeseran gaya hidup, perilaku dan preferensi masyarakat dalam berkegiatan menjadi berbasis digital akibat pandemi. ” Hal ini dapat memunculkan segmen yang dapat dioptimalkan untuk meningkatkan pendapatan, baik di kWh maupun beyond kWh. ” imbuhnya.