Nusantarasatu.id – Disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, bahwa pemerintah telah menyiapkan roadmap hilirisasi produk kelapa sawit supaya Indonesia bisa menjadi price center atau penentu harga CPO global. “ Roadmap hilirisasi telah disiapkan, antara lain peningkatan produktivitas, penunjang kegiatan hilir seperti oleofood, oleokimia dan biofuel, penciptaan ekosistem, tata kelola, capacity building dan pengembangan teknologi untuk pengembangan usaha kelapa sawit. ” tegas Menko Airlangga dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu (13/11/2021).
Sawit Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi di Q3 Tahun 2021
Ia menjelaskan, kelapa sawit merupakan salah satu komoditas dari sektor pertanian yang mempunyai daya tahan dan yang ikut serta menopang pertumbuhan ekonomi di Q3 tahun 2021. Industri kelapa sawit sambung Airlangga, juga berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja baik langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pemerintah memiliki visi supaya industri sawit Indonesia dapat menjadi produsen sawit terbesar dan mendorong hilirisasi atau pengembangan produk turunannya.

Dengan cakupan luas lahan sebesar 10 persen dari total global land bank for vegetable oil, Indonesia sanggup menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar dan menguasai 55 persen pangsa pasar minyak sawit dunia ataupun minyak nabati. Bukan itu saja, Indonesia juga mampu menghasilkan 40 persen dari total minyak nabati dunia yang sangat berperan penting dalam konteks ketahanan pangan di dunia. “ Industri kelapa sawit berkontribusi pada ekspor nasional sebesar 15,6 persen dari total ekspor di tahun 2020. Nilai tersebut tentu menjadi salah satu penyumbang devisa yang secara konsisten terus meningkat meskipun di masa pandemi. ” terang Airlangga.
Perkebunan Sawit Rakyat Punya Kontribusi Besar Bagi Indonesia
Pada kesempatan yang sama ia mengatakan, luas tutupan kelapa sawit nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada tahun 2019 lalu tercatat sebesar 16,38 juta hektar. Dengan rincian, Perkebunan Sawit Rakyat sebesar 41 persen, Perkebunan Besar Negara sebesar 6 persen dan Perkebunan Besar Swasta Nasional sebesar 53 persen. “ Data-data tersebut menunjukkan bahwa Perkebunan Sawit Rakyat punya kontribusi signifikan terhadap pengembangan industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia. ” tuturnya.

Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) sambung Menko Perekonomian RI, menjadi krusial sebagai upaya peningkatan produktivitas dan penguatan Sumber Daya Manusia, serta meningkatkan kesejahteraan petani. Selain itu, program PSR juga berkontribusi di masa pandemi Covid-19 dengan penyerapan tenaga kerja dan memunculkan juga multiplier effect yang positif di daerah. “ Program PSR merupakan program strategis nasional agar produktivitas masyarakat bisa meningkat, menjaga luasan lahan, dan lahan yang ada bisa dioptimalkan. ” imbuhnya.
Disamping itu, pemerintah juga terus berkomitmen melakukan replanting dengan target seluas 540.000 hektar yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. “ Bagi lahan yang produktivitasnya kurang dari 4 ton bisa ditingkatkan dengan program replanting dan bibit unggul yang berbasis pada Good Agriculture Practices. ” pungkasnya.
[…] Airlangga: Indonesia Ingin Jadi Penentu Harga CPO Global […]