Nusantarasatu.id – Legislator PKS di Kepulauan Riau (Kepri), didorong oleh Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri untuk memperjuangkan perawatan manuskrip kuno Melayu yang tersimpan di Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat di Tanjungpinang. Dirinya menuturkan, terdapat sekitar 1.200-an koleksi kitab peninggalan Kesultanan Riau-Lingga ini, sejak tahun 1.700-an yang bisa dilestarikan. Bahkan sejumlah koleksinya nampak sudah termakan usia dan belum mendapat perawatan yang memadai.
” Sepertinya bisa diusulkan ke pemerintah daerah dianggarkan APBD, agar bisa dibangun perpustakaan untuk kitab-kitab dan manuskrip ini. Sehingga orang bisa datang, meneliti dan yang penting terjaga bentuknya karena disimpan di lemari seperti ini lama-lama bisa rusak. ” tutur Salim saat berkunjung ke Tanjungpinang.
Lebih lanjut disampaikan, katalog yang belum ada juga penting untuk memetakan kekayaan manuskrip peninggalan Kesultanan Riau-Lingga. Apalagi sambung Salim Segaf, dari Pulau Penyengat berkembang bahasa Melayu asli yang jadi cikal bakal bahasa Indonesia. Bahkan dirinya juga mendapat informasi, apabila Buya Hamka pada tahun 50-an sengaja mendatangi Pulau Penyengat untuk mencari referensi kitab Al Umm karya Imam Syafii. ” Jika ada katalog bisa dipetakan mana manuskrip yang salinannya di dunia tidak ada, hanya ada di sini itu bisa dibuatkan semacam museum. Jadi saya minta Anggota DPRD dari PKS bisa memperjuangkan ini. ” jelasnya.
DPP PKS Sudah Inisiasi Digital Library
Pada kesempatan yang sama ia menegaskan, bahwa selain perlindungan dan perawatan manuskrip kuno, juga perlu digitalisasi dokumen langka sehingga bisa diakses masyarakat luas.” DPP PKS juga sudah inisiasi digital library. Harus diperjuangkan untuk menjaga sejarah dan budaya lokal. ” ucap Salim.
Sementara itu dijelaskan oleh anggota Komisi IV DPRD Kepri Wahyu Wahyudin, dirinya siap memperjuangkan perawatan manuskrip di Pulau Penyengat sesuai arahan Ketua Majelis Syuro PKS. Wahyu menekankan, akan memperjuangkan dan mengawal anggaran untuk perawatan manuskrip kuno ini di APBD Perubahan 2022 atau APBD Murni 2023. ” Ini sangat penting sekali untuk keberlangsungan sejarah Melayu Pulau Penyengat. ” imbuh Wahyu.
Dirinya juga meminta, supaya Pemprov Kepri juga serius dalam melestarikan sumber-sumber sejarah yang ada di Bumi Segantang Lada tersebut. Karena sumbangsih Melayu bagi peradaban Indonesia sangat besar, salah satunya bahasa Indonesia yang kini digunakan ratusan warga di Indonesia. ” Kita di sini justru yang bertanggungjawab dalam menjaganya. ” kata Wahyu.
