Disampaikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir, bahwa diselenggarakannya pasar murah di Lampung oleh BUMN, merupakan bukti BUMN hadir di tengah masyarakat. Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, orang nomor satu di kementerian BUMN inipun menyatakan, jika operasi pasar murah yang diinisiasi Kementerian BUMN ini sudah digelar sejak awal Ramadhan.
Lebih lanjut dirinya menyebutkan, bila BUMN bukan hanya berfungsi sebagai korporasi, tetapi juga menjadi penyeimbang dalam perekonomian Indonesia, termasuk bagi masyarakat yang membutuhkan harga terjangkau. Hal tersebut sambungnya, dilakukan guna mendorong pemerataan dan keseimbangan pasar. ” Alhamdulillah, saya dengan Pak Gubernur dan PTPN ini mungkin sudah kedua kali, kami ingin membantu masyarakat untuk mendapat akses bahan pangan seperti hari ini minyak goreng (migor) dan gula yang harganya di bawah harga pasar. ” tegas Erick Thohir.
Untuk informasi, Kementerian BUMN menggelar pasar murah di lampung untuk yang kedua kalinya bersama PTPN Group. Adapun kegiatan pasar murah dipusatkan di halaman Gedung Pertemuan Komplek PTPN VII, Lampung. Operasi pasar dihadiri langsung oleh Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana, Direktur Umum Holding Perkebunan Nusantara Doni P Gandamihardja, dan Direktur PTPN VII Ryanto Wisnuardhy beserta jajaran manajemen PTPN VII.

Dalam Kegiatan Pasar Murah di Lampung, BUMN Siapkan 3 Ribu Liter Minyak Goreng
Pada kegiatan operasi pasar tersebut, pihak BUMN menyediakan minyak goreng dan bahan pokok dengan harga terjangkau. Dimana rinciannya yaitu, sebanyak 3 ribu liter minyak goreng Nusakita dengan harga Rp19 ribu per liter, gula pasir Nusakita dengan harga Rp11 ribu per kg dan 250 kg beras yang dijual dengan harga Rp15 ribu untuk 2,5 kg.
Pada kesempatan tersebut Erick Thohir menegaskan, bahwa operasi pasar merupakan bentuk intervensi BUMN dalam menjaga keseimbangan harga yang terjangkau bagi masyarakat. Tentu terang Erick Thohir, BUMN tidak bisa sendirian, namun memerlukan peran serta dari pihak swasta. Produksi migor BUMN hanya empat persen dan sisanya berasal dari swasta. Sedangkan untuk gula produksi BUMN, relatif lebih besar mencapai 45 persen.
” Hari ini (operasi pasar) masih yang kemasan tapi yang kemasan saja bedanya sama harga pasar Rp6 ribu, angka luar biasa. Kalau BUMN hanya kejar keuntungan kita tidak jual Rp19 ribu tapi Rp24.500. Untuk gula lebih murah Rp2.500, kalau kejar keuntungan kami jual hanya lebih murah Rp500. ” tuturnya.
Dalam pandangan Menteri BUMN, operasi pasar menjadi bukti nyata sinergi yang dilakukan antara Kementerian BUMN dengan Pemda yang selalu melakukan intervensi saat pasar tidak seimbang. Pemerintah ungkapnnya, tidak boleh membiarkan masyarakat tidak memperoleh kebutuhan pangan secara maksimal.
” Kegiatan seperti ini sudah sering kami lakukan, contoh saat harga masker mahal, Rp100 ribu, kami juga operasi pasar Rp5.000 lewat Kimia Farma. Untuk bahan pangan seperti minyak goreng dan gula, kami menugaskan PTPN seimbangkan harga yang sekarang sedang naik. ” pungkasnya.