Nusantarasatu.id – Presidensi G20 Indonesia, diharapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bisa dimanfaatkan untuk mendorong negara-negara anggota G20 menyinkronkan pemulihan global dari dampak pandemi Covid-19. “ Saya yakin forum G20 akan mampu dan datang tidak hanya berkomunikasi, karena yang paling penting adalah aksi kebijakan yang dapat membangun kepercayaan bagi dunia global. ” tuturnya dalam Finance and Central Bank Deputies (FCBD) Meeting yang berlangsung di Nusa Dua, Bali.
Ditambahkan oleh Menkeu RI, bila saat ini global memiliki sejumlah tantangan termasuk masih berlangsungnya pandemi Covid-19. Bukan itu saja lanjut Sri Mulyani, tantangan lainnya adalah akses vaksin yang tidak merata, keuangan berkelanjutan hingga pemanfaatan teknologi digital. Iapun menyampaikan, jika langkah sejumlah negara yang mulai melonggarkan kebijakan sedangkan beberapa negara lain masih perlu mengetatkan kebijakan, menajdikan situasi dunia tidak sinkron termasuk terciptanya inflasi yang tinggi.
Tidak Singkronnya Pemulihan Tercermin Dari Distribusi Vaksin Yang Belum Merata
Disamping itu kata Menkeu RI, tidak sinkronnya pemulihan turut tercermin dari distribusi vaksin Covid-19 yang belum merata. Mengingat di negara maju jelas Sri Mulyani, rata-rata realisasinya sudah mencapai 80 persen dari penduduk, sedangkan di negara miskin aksesnya belum merata. Padahal seharusnya, produksi vaksin Covid-19 secara global dapat untuk memvaksinasi 80 persen penduduk dunia.
Sementara itu, finansial berkelanjutan yang berkaitan dengan perubahan iklim, juga menjadi hal yang perlu disinkronkan. Mengingat tantangan ini tuturnya, bukan hanya tanggung jawab masing-masing negara. Untuk itu dirinya menekankan, bahwa Presidensi G20 Indonesia harus membahas lebih konkrit tentang inisiatif pembiayaan berkelanjutan dalam mengatasi perubahan iklim, mekanisme transisi energi dan komitmen terhadap kehutanan. “
Teknologi digital juga jelas sangat kritis ini termasuk inklusi keuangan. ” imbuhnya.
Lebih jauh dirinya berpendapat, jika G20 mampu membangun kepercayaan bagi dunia global dalam pemulihan, mengingat negara anggota G20 memiliki kontribusi 80 persen dari PDB global. Sehingga, hal itu dapat mempengaruhi ekonomi, perdagangan dan investasi. Oleh karenanya, Menkeu Sri Mulyani menginginkan, agar Presidensi G20 Indonesia bisa mengeluarkan hasil yang nyata dan substantif, seperti membuat peta jalan kesiapsiagaan dan respon pencegahan bencana pandemi. Selanjutnya, memiliki indikator komitmen pendanaan yang kredibel terhadap perubahan iklim lewat peta jalan keuangan berkelanjutan. Adapun peta jalan ini, nantinya dapat menjadi titik referensi yang kuat untuk meningkatkan pembiayaan internasional dan membuka investasi sektor swasta.