Nusantarasatu.id – Ditegaskan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, betapa pentingnya melakukan pembenahan instansi kepolisian menuju Polri Presisi guna mewujudkan Polri yang dekat dan dicintai masyarakat. ” Profesionalisme apabila tak didukung etika yang benar akan terjadi pelanggaran dan penyalahgunaan wewenang. Ini dampaknya berbahaya bagi Polri. Lakukan perbaikan, apabila tak mampu bersihkan dan evaluasi. ” ucap Listyo Sigit dalam pengarahannya di Polda Lampung berdasarkan keterangan yang diterima di Jakarta.
Kemudian Ia menanyebutkan, jika banyak anggota kepolisian yang siap kerja dan tidak rela apabila institusi kepolisian dirusak oknum yang tidak dapat memahami harapan organisasi dan masyarakat. Semua upaya tersebut sambung Kapolri, harus dikomandoi dengan sosok yang memiliki jiwa kepemimpinan kuat dan pengawasan sistem secara ketat. Dimana tujuannya untuk menghindari adanya penyimpangan oknum kepolisian yang tidak menjalankan tugas sesuai dengan aturan.
” Ini butuh suatu kepemimpinan dan pengawasan sistem ketat. Kita tak ingin anggota kita (kepolisian, red.) yang selama ini telah bekerja keras kemudian ada masalah hanya gara-gara kita tak memberikan bimbingan sehingga salah jalan karena terpengaruh lingkungan yang salah terus menjadi korban. Apalagi pelanggaran itu dilakukan bersama dan terorganisir. ” tuturnya.
Budaya Kurang Baik Harus Dihapus dan Diganti Dengan Kebiasaan Positif
Sedangkan terkait dengan strategi mewujudkan Polri yang diharapkan dekat dan dicintai masyarakat, kata Kapolri, semangat menuju Polri Presisi dapat dilakukan dengan menciptakan budaya untuk mulai berbuat baik dari hal-hal yang kecil setiap harinya, baik di level terbawah hingga paling atas. Lebih jauh ia menyebutkan, Polri harus melakukan pembenahan dan perubahan untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk saat ini, budaya yang kurang baik harus dihapuskan dengan mengganti kebiasaan dengan yang jauh lebih positif.
” Kita berbenah kenapa anggota melakukan pelanggaran. Apakah terkait faktor individu, yaitu pemahaman spiritualnya lemah, pengaruh negatif komunitas, tak mampu menyesuaikan kondisi yang ada, dan gaya hidup yang tak sesuai dengan budaya organisasi Polri? Atau dari faktor organisasi, yaitu regulasi lemah, kurangnya wawasan literasi, serta kurang sarana dan prasarana? Budaya yang harus diperbaiki karena warisan lama mungkin sudah tak cocok, bukan lagi anak buah layani pimpinan. ” pungkasnya.
Dalam pengarahan kepada jajarannya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit menekankan soal penguatan strategi komunikasi publik, dan responsif terhadap peristiwa bencana alam. Bukan itu saja, Polri juga harus dapat mengantisipasi konflik sosial, fenomena kejahatan konvensional, kesiapan menghadapi Pemilu 2024, mengawal iklim investasi, dan penguatan sinergisitas TNI-Polri.