Nusantarasatu.id – Ditekankan oleh Menteri Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia Retno Marsudi, tentang pentingnya peningkatan produksi vaksin Covid-19 secara global dalam jangka pendek. “ Diversifikasi pembuatan vaksin ke negara-negara berkembang akan berkontribusi pada upaya peningkatan produksi vaksin global,” ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam kegiatan Global Town Hall 2021 yang diselenggarakan secara virtual di Jakarta, Sabtu (20/11/2021).
Upaya tersebut sambung Menlu RI, memerlukann penguatan infrastruktur yang dibutuhkan, pusat penelitian, fasilitas penyimpanan, dan sumber daya manusia. “ Pembatasan ekspor bahan mentah harus diakhiri. Transfer teknologi harus difasilitasi. ” kata Menlu.
Negara Berkembang Harus Perkuat Daya Serap Vaksin Covid-19
Disamping itu lanjutnya, negara-negara berkembang juga harus memperkuat daya serap vaksin. “ Banyak yang membutuhkan bantuan untuk mempercepat laju vaksinasi. Lembaga keuangan internasional dapat menyediakan pembiayaan yang sangat dibutuhkan. ” terang Menlu Retno Marsudi.
Lebih jauh disampaikan, bahwa keterlibatan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) harus diintensifkan guna merancang strategi vaksinasi yang efektif. Bukan itu saja, semua negara juga harus mampu memenuhi target vaksinasi WHO. Langkah tersebut ungkap Retno Marsudi, membutuhkan komitmen bagi prinsip ekuitas, yaitu kesempatan vaksinasi Covid-19 pada kalangan petugas kesehatan dan kaum rentan.
Dikatakan olehnya, bila semua janji pembagian dosis harus segera dipenuhi. Negara-negara yang lebih kaya dengan pasokan dosis yang berlebihan atau dengan cakupan vaksinasi yang tinggi, harus mempertimbangkan untuk berbagi dosis mereka. “ Produsen vaksin juga perlu mulai mengalokasikan lebih banyak dosis untuk COVAX. ” tuturnya.
Seluruh Negara Harus Bangun Pengalamannya Dalam Tangani Covid-19
Sedangkan untuk jangka panjang terang Menlu RI, semua negara harus membangun pengalamannya dalam menangani Covid-19. “ Ada dua prioritas besar bagi kami sekarang. Pertama, membangun infrastruktur kesehatan nasional yang lebih kuat. Ini berarti berinvestasi dalam sistem perawatan kesehatan yang tangguh dan membuatnya lebih terjangkau bagi semua orang. Ini juga berarti memperkuat industri kesehatan kita untuk meningkatkan kapasitas produksi dan distribusi. ” imbuhnya.
Adapun kerja sama internasional dalam penelitian dan pengembangan vaksin kata Retno Marsudi, harus diintensifkan. Termasuk pula kerjasama dengan aliansi vaksin GAVI, Coalition for Epidemic Preparedness (CEPI). berikutnya, tata kelola kesehatan global harus diperkuat. Dalam kesempatan ini iapun mengingatkan, bahwa peran dan legitimasi WHO tetap tak tergantikan dalam mengoordinasikan tindakan kesehatan global. “ Diskusi tentang perjanjian pandemi baru akan segera dimulai dan saya berharap semua negara dapat mendukung inisiatif ini. ” pungkas Retnosambil menambahkan, jika mekanisme pembiayaan kesehatan baru juga dibutuhkan oleh negara berkembang dan negara kurang berkembang.