RCID Jadi Tonggak Penting Bagi Presidensi Indonesia di G20

Syahrul Ibrahim

Updated on:

Nusantara Satu Berita Ekonomi – Dijelaskan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI, bahwa Konferensi Regional Pembangunan Industri atau Regional Conference on Industrial Development (RCID), menjadi tonggak penting menuju persiapan diskusi G20 di Indonesia. “ Penyelenggaraan RCID ke-2 akan menjadi tonggak penting menuju persiapan diskusi G20 yang akan berlangsung pada tahun 2022 di bawah kepresidenan Indonesia. ” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pernyataannya yang dipantau di Jakarta.

Ia menambahkan, Kemenperin bersama United Nations Industrial Development Organization/Organisasi Pembangunan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO), kembali menggelar konferensi pada tanggal 10 dan 11 November 2021, yang sejatinya diikuti oleh negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Adapun untuk tema kali ini yaitu ‘Percepatan Industri 4.0 untuk Industrialisasi yang Inklusif dan Berkelanjutan’.

RCID Dikemas Sebagai Forum Pendahuluan Guna Membahas Isu Prioritas

Agus Gumiwang mengatakan, bila penyelenggaraan konferensi ini mengawali persiapan pertemuan Trade Industry and Investment Working Group (TIIWG) G-20 yang akan berlangsung pada tahun 2022 mendatang sebagai rangkaian dari Presidensi Indonesia di G20 yang akan mengusung tema ‘Recover Together, Recover Stronger’. “ Karenanya, RCID ke-2 dikemas sebagai forum pendahuluan untuk membahas isu prioritas sekitar industri dan mendapatkan masukan dari negara-negara Asia Pasifik anggota UNIDO, yang kemudian akan diangkat pada pertemuan TIIWG dalam Presidensi G-20 Indonesia pada tahun 2022 tersebut. ” imbuhnya.

Lebih jauh dikatakan oleh Menteri dari Partai Golkar tersebut, penyelenggaraan RCID ke-2 berfokus pada tantangan dan peluang penerapan Industri 4.0 di kawasan Asia Pasifik pada masa pandemi Covid-19. Adapun tujuannya yakni untuk saling bertukar wawasan dan pengalaman dalam upaya mempercepat pemulihan sektor industri dan ekonomi di kawasan lewat penerapan Industri 4.0. “

Melalui RCID, Pemerintah Indonesia berupaya membina kerja sama di Asia Pasifik untuk penerapan dan pemanfaatan Industri 4.0 untuk pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan atau Inclusive and Sustainable Industrial Development (ISID) di masa pandemi Covid-19. ” ucap Agus Gumiwang.

Dalam Pertemuan RCID Akan Dibahas Topik Ekosistem Tranformasi Digital

Terdapat empat tema besar sambungnya, yang akan diangkat dalam konferensi kali ini. Yaitu peningkatan partisipasi Industri Kecil Menengah (IKM) pada rantai pasok global atau Global Value Chains (GVC), penguatan Sumber Daya Manusia (SDM), Strategi Transisi Industri Menuju Industri Hijau dan Ekonomi Sirkular, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Kemudian, RCID juga akan membahas topik-topik meliputi ekosistem transformasi digital, masalah inklusivitas dan keberlanjutan maupun upaya kerja sama regional guna mempercepat adopsi Industri 4.0. Konferensi kedua tersebut adalah tindak lanjut dari suksesnya penyelenggaraan konferensi pertama yang dilangsungkan pada bulan November 2018 lalu di Pulau Dewata Bali.

Pada konferensi pertama jelas Menperin RI, menghasilkan ‘Bali Agenda on Industry 4.0’ yang disepakati oleh peserta dan merefleksikan keinginan untuk mendorong pemerintah negara-negara Asia Pasifik agar mempromosikan kerjasama lebih lanjut dalam menghadapi tantangan dan mengambil peluang Industry 4.0. Selain itu pentingnya menciptakan a level of playing field di kawasan, serta membangun platform knowledge sharing bagi negara berkembang untuk belajar dari kawasan yang lebih maju ekonominya.

RCID ke-2 sendiri akan digelar pada tanggal 10-11 November 2021 secara hybrid atau kombinasi antara kehadiran fisik dengan pertemuan secara virtual. Pada pertemuan itu, turut mengundang pejabat tinggi di bidang perindustrian dari 26 negara anggota UNIDO dan dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo. “ Konferensi ini sangat penting untuk diikuti, tidak hanya oleh para pelaku usaha, aparatur institusi/lembaga pemerintah, dan akademisi, tetapi juga masyarakat. Hal ini agar berbagai elemen yang ada dapat saling mendukung untuk mempercepat penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0 sekaligus akselerasi pemulihan ekonomi Indonesia. ” tutur Agus Gumiwang.

Leave a Comment